Thursday, December 8, 2016

Tuti Ismail

KIDS, STOCK KEBERUNTUNGAN ITU ADA BATASNYA


Saya tidak pernah bosan mengulang-ulang sebuah cerita di depan anak-anak betapa seseorang yang sangat sayang dan taat pada ibunya begitu diliputi berbagai keberuntungan. Ketika meski bukan dari SMP unggulan dia bisa juga masuk SMA favorit di kotanya. Dia yang mengaku paling tidak bisa pelajaran kimia, "nggak paham,  apa sih kok bisa-bisanya H + O2 trus jadi air ..." gitu katanya. Idih banget kan... Tapi tiba-tiba ketika suatu ketika ulangan eh dia justru mendapat nilai 100. Bisanya ?? ya bisaaaa ... entah bagaimana ceritanya dia membeli buku latihan soal kimia, "bukunya tipis, saya ulang-ulang baca contoh soalnya. Eh ternyata soal ulangan kimia hari itu semua plek dari buku itu. hehehe" katanya  sambil tertawa. Keberuntungan berikutnya ketika lulus SMA dan ingin mendaftar di salah satu sekolah kedinasan, dari 5 orang temannya yang daftar hanya dia seorang yang lolos padahal justru hanya dia yang nggak bimbel  sana sini. Lagi-lagi yang dia baca buku soal-soal masuk sekolah kedinasan yang soalnya sama dengan soal diujian. "tau nggak kalo ternyata sekolah kedinasan itu satu-satunya perguruan tinggi yang saya daftar. waktu itu sama sekali nggak keingetan mau daftar UMPTN. Gimana tuh kalo sampe waktu itu nggak diterima ya ??" selorohnya. Saya cuma geleng-geleng kepala aja. Sudah selesai keberuntungan dia ?? blom sodara-sodara ... waktu sudah saatnya mau dimutasi karena kelamaan di suatu unit, dia coba peruntungannya lagi. Ikut test beasiswa di kantornya, dan lagi-lagi dia lolos. Walhasil tentu saja dia masih tetap bisa berada di kota yang sama, berkumpul dengan anak dan istrinya. Pun demikian ketika sudah lulus kuliah, ketika kawan-kawan yang lainnya ditempatkan di berbagai kota di Indonesia dia tetap di kota yang sama. 

"beruntung banget sih ... aku mau kaya gitu, Mah" bungsu saya menimpali. Kalau sudah gini, saya sebagai seorang ibu tinggal bilang tuh "ya syarat dan ketentuan yang berlaku harus dipenuhi donk, Dek. Tuh tadi dah Mama bilang kuncinya sayang dan taat sama orang tua" asik kan .... hehehe 

Suatu hari saya tersadar bahwa ternyata ada syarat yang lain .... dari bincang-bincang dengan seorang temen selepas jam kerja di ruang kerja saya.

"Tau nggak kenapa penjudi itu tidak ada yang kaya ? karena stock keberuntungannya terlalu sering digunakan padahal stock keberuntungan itu terbatas jumlahnya. Jadi kalo temen kamu itu kelihatannya selalu beruntung ya nggak juga, yang betul karena dia mengeluarkan stock keberuntungannya hanya untuk hal-hal yang  terpenting dalam hidupnya" katanya kawan bincang-bincang saya. 

hhmmm ... gitu ya

Inget apa kata bang Haji Rhoma Irama jadinya ... 

Judi 
menjanjikan kemenangan 
Judi , menjanjikan kekayaan 
Bohong,  kalaupun kau menang 
Itu awal dari kekalahan 
Bohong, kalaupun kau kaya 
Itu awal dari kemiskinan

Karena stock keberuntungan itu terbatas jumlahnya, mestinya diguna untuk sesuatu rencana yang besar saja, jangan diobral untuk hal-hal kecil apalagi untuk hal-hal buruk yang kita lakukan. 

"Tuh Dek, kalo kemaren Adek  sudah berbuat nakal misalnya nyontek  dan nggak ketahuan sama Bu Guru artinya sudah menghabiskan 1 stock keberuntungan untuk hal yang sia-sia. Kan sayang donk padahal jalan hidup kita insyaallah masih panjang, Adek masih punya banyak rencana.. pingin ini itu" kata saya pada si bungsu. "orang yang suka ngambil uang trus korupsi juga gitu ya, Mah. Lama-lama ketahuan juga. Sedikit-sedikit ngambil nggak terasa, kata orang lagi apes, padahal karena stock keberuntungan dia sudah habis," jawabnya dengan mata bulatnya yang tak berkedip. "iya, stock keberuntungannya sudah dia habiskan buat hal yang sia-sia, Dek. Makanya jangan nakal lagi dan berharap Mama nggak bakalan tau ya" kata saya lagi.  Bungsu saya mengangguk dan nyengir tanda setuju.



Pontianak, 9 Desember 2016 
bertepatan dengan Hari Anti Korupsi Sedunia ...








Read More
Tuti Ismail

SAYA MAU IKUT AMNESTI



Tadi siang ada nenek-nenek ke kantor bawa copy sertifikat rumahnya. Jalan terbungkuk-bungkuk dan pelan-pelan sekali, bener aja umurnya dah banyak ternyata lahir tahun 1938 (hitung aja sendiri umurnya). Beliau ini datang ke meja helpdesk mau tanya-tanya soal Amnesti Pajak. Beliau bilang punya harta cuma ini sambil nyodorin copy sertifikat tanah, mau ikut Amnesti Pajak.

Teman saya nggak berkedip liat nenek-nenek yang duduk manis di hadapannya. Ibu sendirian kesini ? "Iya. Biasa saya kemana-mana naik sepeda tapi kalo dari rumah kesini banyak bener lampu merahnya, bahaya. Makanya tadi saya naik ojek kesini". Duh kasian nih nenek... tapi tatapan matanya nggak minta dikasihani. Tapi temen saya tetap saja terenyuh liat beliau dan tambah terenyuh lagi pas beliau bilang
"Saya mau ikut Amnesti, sambil nyodorin copy sertifikat. Berapa bayarnya ??". HAH !!! temen saya kaget. 


Temen saya tanya ibu ada NPWP ? sumber penghasilan dari mana ?? "NPWP ada. Nggak punya usaha ..." trus uang belanja dari mana ?? "Dari anak-anak ... biar mereka jarang pulang yg penting kiriman lancar" temen saya senyum-senyum dengernya, bisa aja nih nenek ... "biar penghasilan dari kiriman anak saya tetep mau ikut Amnesti kan saya punya harta yang belom dilapor belom bayar pajaknya dulu-dulu". Ibu ada harta lain selain rumah ini ? "Ada, sepeda". Kalo ikut Amnesti, maaf, Ibu ada uang untuk bayar uang tebusannya ? Dengan mantap nenek jawab "kuras tabungan nggak apa-apa kan ??" Waduuuhhh .... "nggak apa-apa, saya mau ikut Amnesti. Jadi berapa saya mesti bayar ?" Tergantung berapa nilai wajar rumah ibu ... "kira-kira 200 jutaan" kalo nilai wajarnya menurut ibu 200 jutaan berarti uang tebusannya 6 juta. "Ya, saya bayar sekarang". Temen saya bengong, terpana trus pelan-pelan dengan masih berselimut rasa tak percaya beranjak dari mejanya mengambil print out id billing dan menyerahkan pada nenek terkeren sedunia ini. Beliau langsung pergi meninggalkan temen saya tadi tentu dengan gaya jalan yang masih sama dengan tadi ketika dia datang. Mau menuju bank katanya, 'nguras tabungan'.


Amnesti Pajak adalah HAK Wajib Pajak, tentu saya, kamu atau dia sekali kali tidak boleh menghalangi Wajib Pajak menikmati haknya ...

Benar saja ..... selang beberapa jam nenek itu kembali lagi ke meja helpdesk menemui teman saya yang lain dengan selembar Bukti Penerimaan Negara (BPN) dengan nilai setoran Rp6 juta rupiah. 

.... sungguh kami terpana, salam hormat untuk nenek semoga panjang umur dan hidup penuh berkah ...
Read More