Tuesday, July 4, 2017

Tuti Ismail

Saya Cuma Mau Kamu Bilang "MAAF"

"Maaf saya teh mau minta maaf"
Masih ingat  ??
Adalah Mpok Minah, wanita dalam serial Bajaj Bajuri, Trans TV di tahun 2004 yang sepertinya mempunyai hobby unik,  mengucapkan kata "maaf" tidak perduli apakah karena dia melakukan kesalahan atau tidak. Saya menduga-duga kata "maaf" bagi dia seperti kata pembuka, seperti juga bibi kawan saya yang selalu mengucap kata "gitu" di setiap akhir kalimat.

Pun demikian, saya dan mungkin juga para penikmat Bajaj Bajuri waktu itu sangat terhibur dengan kata "maaf" yang diucapkan Mpok Minah.  Enak didengar dan menyejukkan di hati.

*****
Saya meleleh kalo Zaidan sudah bilang "maaf ya, Bu. Aku lupa", apalagi kalau matanya yang besar, bulat dan bening itu berkedip-kedip.  Apalagi kalau terus dia memeluk saya. Apalagi pipinya terus jadi mirip steak medium rare, mentul-mentul kemerahan di bagian tengahnya dan kecoklatan dipinginggirannya. Meski bukan orang Perancis,  bu guru suka gemes lihatnya. Sebenarnya tadinya saya pingin marah sama anak itu,  masa lupa bikin PR kok sering bener. Cuma ya itu tadi,  begitu dia bilang "maaf" saya langsung lumer mirip silverqueen ketinggalan di dashboard mobil. Akhirnya berulang kali juga saya ijinkan dia kerjakan tugas di sekolah tentu dengan bonus soal tambahan. Begitu cerita ibu guru bungsu saya itu bulan lalu,  kami bertemu di sekolah saat pengambilan raport.

*****
Sesiangan itu anak saya cemberut, lantas menangis.  Perkaranya sepele,  saya makan nasi padang yang dia beli tanpa permisi.  Tanpa permisi karena maksudnya memang mau 'ngerjain' dia. Ketika saya tanya mengapa dia menangis dia bilang karena, "Mama remehkan aku." Dia menangis bukan karena siang itu laparnya bukan main, tapi karena saya tidak minta "maaf". Sama sekali tidak menyesali perbuatan. Dia terluka karena merasa disepelakan.

*****
Kesalahan terbesar kita ketika bergaul adalah menilai segala sesuatunya dari sudut pandang kita sendiri, tidak berusaha sekalipun melihat dari sudut pandang orang lain.  Sialnya hal itu pelan-pelan tanpa kita sadari menjadi petaka dalam pergaulan. Buruknya lagi kadang kita memposisikan diri lebih tinggi dari kawan sepergaulan dan menganggap setiap kesalahan yang kita lakukan pasti dimaafkan tanpa perlu repot-repot mengucap kata "maaf".

Padahal,  ketika kita melakukan kesalahan ataupun ketidakbecusan dalam melakukan pekerjaan,  tugas atau apapun itu kata "maaf" yang diucapkan dengan kesungguhan hati dan tekat tidak akan mengulanginya lagi adalah cerminan ketinggian budi.

Ada fakta mengejutkan dari hasil riset Baylor University Texas, Amerika Serikat, yang melibatkan 455 responden pasangan menikah. Permintaan "maaf" ternyata menempati urutan keenam dalam survei sikap yang diharapkan oleh pasangan menikah ketika mereka berkonflik. Nah kan !

Jabat erat.

Belalang sipit
04072017
Read More