Monday, November 26, 2018

Tuti Ismail

Begitu lah Senja



Tetiba sore itu saya begitu merindukan Mila.

Mila adalah kawan saya. Saban pagi tepat pukul 07.30 wib Mila mengudara. Mic dengan volume maksimal jadi kekasihnya. Dipapahnya suara Mila yang lembut hingga terdengar sampai ke sudut-sudut ruang kantor. Suaranya memecah pagi, membuat terang  Kota Pontianak. Matahari lantas tertawa terbahak-bahak. Pukul 07.30 di sana laksana  pukul 10.00 di ibu kota.
Di himpit tubuh-tubuh letih para wanita di dalam lambung si kuda besi samar-samar seperti mendengar suaranya lagi.  Makin lama makin keras. Ia berteriak. Menjerit.

Padahal semua pun tahu, tidak pernah sekali pun Mila meninggikan suaranya. Ingin rasanya saya cubit pipinya dan membalasnya,"diam, Mila ! Saya letih." Tapi apa mau dikata, tak ada satu pun yang dusta. Semua benar adanya. Dengan mata terpejam dan tubuh yang terobang ambing seperti perahu nelayan di lautan, saya cuma bisa tersenyum mendengar pekiknya,"Tuhan, terima kasih karena Engkau masih memberi kami pekerjaan disaat orang lain masih sibuk mencari pekerjaan."

Mata saya terjaga. Pintu kereta terbuka di Sudirman. Kali ini suara betulan, meski bukan suara Mila. "Mbak... Mbak... Aduh jangan dorong-dorong." "Masuk, Mbak jangan di pintu !" Teriakan macam itu biasa terdengar di tiap stasiun pemberhentian. Para penumpang cuma beradu pandang, lalu saling lempar senyuman. Sampai kemudian mbak-mbak yang berdiri di depan pintu teriak,"Aduh, Mbak leher saya jangan dicekik !" Penumpang lain saling membelalakkan mata. Kaget. Geli. Miris. Campur aduk. Entah lah, rasa apa yang mampir di dada.

Dan Mila menjerit lagi di telinga saya.

 -Belalang Sipit-
Read More

Friday, November 23, 2018

Tuti Ismail

Balas Dendam


"Saking jengkelnya, pingin rasanya gigit bantalan rel !"

Itu kata temen saya kalau dia lagi marah. Cieee cieee yang giginya dari mata gergaji !!!

Waktu itu saya tertawa. Saya membayangkan giginya yang sekuat mara gergaji menggigit dan mengunyah bantalan rel. Nikmat. Serasa makan Roti Gambang.

Tapi lain dengan pagi ini. Di Stasiun Duri saya perhatikan bantalan rel. Ngeri. Sekarang bantalan rel beda dengan dulu.

Jaman saya kecil, bantalan rel terbuat dari kayu. Kayu yang dipakai biasanya Kayu Ulin atau Kayu Besi. Kayu asal Borneo itu memang terkenal kuatnya. Rumah-rumah di Kalimantan dulu terbuat dari kayu jenis itu. Meski pondasi rumah panggung terendam air, Kayu Ulin tetap kuat bagai besi. Meski terbilang kayu yang tidak mudah lapuk, toh yang namanya kayu tidak bisa lepas dari kodratnya. Ia akan lapuk juga pada akhirnya.

Kebutuhan Ulin terus meningkat. Namun apa mau dikata, Pohon Ulin kecil tidak mampu mengejar ketenarannya. Pun jika sekarang ada, harganya sudah sangat mahal.

Jadi lah sekarang bantalan rel terbuat dari beton atau lempeng baja. Lebih ekonomis dan tahan lama.

Sepanjang jalan antara Duri dan Rawa Buaya saya perhatikan, tidak ada lagi bantalan rel dari kayu. Hampir semuanya dari beton. Kalau sudah begini, masih mau gigit bantalan rel ? Kalau kata saya misalkan lagi jengkel banget mending "nyamilin" mur dan baut bantalan rel, deh. Lebih imut kelihatannya. Haha sama aja ya ... Gigi tetep protol.

Terkadang karena saking marahnya kita bahkan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia yang harusnya turun di Stasiun Tanah Abang, gagal turun. Begitu pintu terbuka di Tanah Abang tanpa babibu langsung diserbu penumpang yang akan naik. Terbawa lah dia sampai Sudirman.

Kalau saya sih nggak bisa digituin. Saya mesti balas lah. Kemarin saya ketinggalan kereta waktu di Stasiun Duri. Hari ini saya balas, dengan kebablasan sampai Stasiun Kranji. Impas !!😊😊
Read More

Friday, November 9, 2018

Tuti Ismail

Masa Muda Saat Tepat Kenal Pajak

Pajak Bertutur 2018 SMAN 95 Jakart

Ayah saya pernah bilang, "masa muda adalah masa perkenalan. Banyak lah belajar dan bergaul." Hari ini, ketika berdiri di hadapan siswa siswi SMAN 95 Jakarta Barat, saya jadi teringat kepadanya. Mata berbinar yang haus akan ilmu membuat saya rindu padanya.

Pajak bertutur KPP Pratama Kalideres tahun 2018 di selenggarakan di SMAN 95 dan SMAN 95 Jakarta Barat. Seneng sekaligus terharu banget lihat antusias mereka. Menurut saya informasi yang gencar tentang pajak dan buat apa uang pajak sudah dipahami oleh generasi Y, calon pahlawan masa depan ini.

Demi kemandirian bangsa dan negara, tidak ada hal yang lebih baik dibandingkan terus menerus berupaya untuk mampu membiayai pengeluaran negara yang semakin meningkat dari waktu ke waktu utamanya melalui pajak. Hal ini dapat dipahami mengingat dari tahun ke tahun postur penerimaan APBN lebih dari 80% ditopang oleh penerimaan dari perpajakan. Dalam  RAPBN 2019 pendapatan negara diproyeksikan sebesar Rp2142,5 triliun, dengan  penerimaan perpajakan memegang porsi terbesar yang  diproyeksikan mencapai Rp1.781,0, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp361,1 triliun dan Hibah sebesar Rp0,4 triliun. Angka-angka tersebut meningkat 16,6% dari penerimaan perpajakan dalam outlook APBN 2018.

Inklusi Kesadaran Pajak adalah investasi jangka panjang.  Kampanye Program Inklusi Kesadaran Pajak dalam Pendidikan, diharapkan mampu mewujudkan generasi Emas Indonesia 2045 yang Cerdas dan Sadar Pajak. Sejak dini generasi muda, pemilik masa depan harus diberikan pemahaman bahwa untuk menjadi pahlawan bangsa tidak melulu diartikan dengan memanggul  senjata. Dengan membayar pajak, sejatinya kita semua adalah pahlawan. Jika pembayar pajak yang saat ini bahu membiayai negara melalui pajak yang mereka bayar adalah pahlawan masa kini, mereka adalah pahlawan masa depan. 

Tercatat sebanyak 100 siswa antusias mengikuti acara yang dikemas secara interaktif. Kekinian. Sampai-sampai saya dipanggil kakak (yang ini memang maunya haha). Kuis kahoot, dan penampilan dari para siswa mulai dari stand up comedy dan jugling (atraksi dribel bola) mewarnai acara yang diselenggarakan hampir 2,5 jam tadi.


Yang paling menakjubkan adalah ketika sesi tanya jawab. Kamu tahu pertanyaan apa yang ajukan salah seorang siswa tadi ? Saya takjub banget. Gini pertanyaannya, "bagaimana pengenaan pajak di wilayah eksteritorial, seperti  kedutaan Indonesia di negara lain atau sebaliknya ?" (maksud mereka adalah pengenaan Pajak Penghasilannya).

Jujur saja pertanyaan ini adalah mata kuliah saya waktu ambil S2 kebijakan Perpajakan dul, Pajak Internasional.

Apa yang dimaksud dengan  wilayah eksteritorial itu ?

Wilayah Ekstrateritorial adalah suatu wilayah atau daerah karena ketetapan hukum internasional, maka dianggap sebagai wilayah atau bagian wilayah dari suatu Negara. Daerah ekstrateritorial merupakan daerah yang menurut kebiasaan internasional diakui sebagai suatu daerah kekuasaan suatu negara walaupun daerah tersebut berada dalam wilayah kekuasaan negara lain.

Berdasarkan kesepakatan internasional yang berlaku resiprokal pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama dengan mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima  atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut dikecualikan sebagai Subjek Pajak Pernghasilan sepanjang negara bersangkutan memberlakukan perlakuan timbal balik. Ketentuan ini bisa kita lihat di Pasal 3 ayat (1) huruf b UU PPh.

Mereka manggut-mangut. Saya yakin mereka paham. Keren kan ?

Saya sih nggak terlalu heran kenapa para siswa ini bisa begitu keren. Di balik murid yang keren, pasti ada guru-guru yang lebih keren. Seorang guru bertanya pada kami waktu tempo hari, kurang lebih bilang begini,"Kami kan sudah ijinkan acara Pajak Bertutur di sekolah ini, kalo boleh tahu kira-kira kontribusi apa yang bisa Ibu berikan kepada kami ?" Mata saya menyala seperti mengeluarkan bola api. Tapi lantas padam bak disiram air seember ketika kemudian guru  itu melanjutkan bicaranya,"kami berharap kantor pajak bisa berkontribusi dengan cara berbagi ilmu tentang pajak kepada kami para guru. Biar bukan cuma anak didik saja yang paham pajak. Kami ingin diajari cara mengisi SPT Tahunan."

Saya dan beberapa teman yang datang saat itu langsung bilang siap. Memang Pajak Penghasilan para guru telah dipotong oleh bendahara, tetapi sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi  mempunyai kewajiban untuk melapor pengahsilan serta  pajak yang telah dibayar melalui SPT Tahunan. Sebagai pegawai pajak apalagi yang lebih menggembirakan dibanding mendapati wajib pajak yang berkeinginan untuk tahu lebih jauh tentang pajak.


Permainan yang mengandalkan kecepatan dan ketepatan menjawab mengakhiri perjumpaan kami tadi pagi. Meski raga sebenarnya enggan berpisah. Kuis kahoot jadi penghibur. Berikut manfaat pajak, kecuali untuk ?
a. Bangun tidur
b. Bangun sekolah
c. Bangun rumah sakit
d. Bangun jembatan

Eh ada juga yang karena terburu-buru menjawab, "Bangun tidur". Sebelumnya ada  yang silap jawab juara tunggal putra badminton di Asian Games 2018 itu Jojo Suherman. 😂😂



Kalideres (9/11)






Read More