Saturday, July 23, 2016

Tuti Ismail

KEMBALI KE UDIK


Dalam pergaulan masyarakat Betawi terdapat kata "mudik" yang berlawanan dengan kata "milir". Bila mudik berarti pulang, maka milir berarti pergi.

Kata "milir" merupakan turunan dari "berilir" yang berarti pergi ke Utara. Dulu, tempat usaha banyak terdapat di wilayah Utara - lihat sejarah Batavia dan Sunda Kelapa. Karena itulah kata "mudik" bermakna : Selatan.
http://www.apakabardunia.com/…/bagaimana-asal-usul-mudik.ht…

Suka sekali membaca status dan foto2 teman2 di FB selama beberapa hari ini. Suka cita mudik menggema dari seluruh nusantara. Tidak pandang miskin atau kaya, tidak soal pula dengan moda transportasi apa. POKOKNYA MUDIK !!!

... dari mudik saya melihat jiwa2 heroik ....

Coba saja cek grup wa dan medsos... betapa bangganya kawan2 kita yang berhasil melalui segala rintangan selama mudik. "Alhamdulillah, meski macet parah akhirnya sampai juga, Jakarta - Semarang 18 jam" gitu....
Beberapa tahun lalu sewaktu kereta api belum setertib sekarang ini sepupu bahkan pernah masuk ke gerbong kereta ekonomi dengan "molos dari jendela", duduk sepanjang perjalanan di sambungan gerbong bahkan sampai kehilangan dus oleh2 di stasiun kereta.

Buat pemudik, tidak jadi soal pula menabung selama sebelas bulan dan habis dalam hitungan hari. Selepas mudik lalu kembali lagi ke rantau, untuk menabung agar tahun depan dapat kembali mudik...

Saya merinding bukan kepalang melihat postingan kawan yang sekarang nun jauh disana pada laman FB nya... cukup singkat ... hanya 3 patah kata "Papah pulang nak"
Pengen rasanya langsung nyamber jawab "welcome home, papah" ‪#‎idih‬ :D

Perasaan dapat kembali menyapa kampung halaman membuat lupa segala penderitaan.... perasaan yang tak tergantikan. Bahkan kalau dipikir2 pemudik macam 'pemadat' yang tiap tahunnya selalu ketagihan ingin kembali mudik. ‪#‎sakawmudik‬

....dengan mudik, kita belajar untuk selalu jadi "asik" ...

Mudik tahun lalu saya sekeluarga alami dangan suka cita. Jalan panjang dan macet membuat kami mesti melipir di beberapa kota.

Di Kebumen, kami belajar menarima keadaan...
Tidak ada lagi hotel yang layak, semua full... "dah Pah kita nginep di hotel Pertamina aja..." kata si bungsu. Hotel Pertamina artinya nginep di pom bensin :D . Kalo diingat2 entah sudah berapa kali mudik kami selalu menginap di Hotel Pertamina :D :D ...

Akhirnya dapat juga hotel untuk sekedar meluruskan punggung dan memejamkan mata. Tapi, "mah lihat tuh atapnya kok bolong" tunjuk si bungsu ke langit2 kamar hotel.... ah cuekin aja ya dek, yang penting kita dan terutama papah sang supir andalan bisa tidur.

Dari kota yang disinggahi, kita belajar mencintai negri....
Betapa bangganya anak saya ketika bercerita, "tadi di sekolah ditanya sama bu guru, siapa yang tau nasi jamblang makanan khas dari daerah mana ? Hanya aku yang bisa jawab CIREBON !!"

..... Goresan pada kanvas putih yang bernama KAMPUNG HALAMAN itu adalah RINDU yang berwarna keemasan yang disebut ORANG TUA ....

"Mas jangan bilang aku pulang ke Semarang ya... aku mau buat kejutan untuk ibu" begitu kata adik ipar pada suami saya beberapa tahun lalu. Sebuah motor Vario memasuki halaman rumah mertua di Semarang. Waktu itu kami sekeluarga sedang duduk2 di teras. Sepasang suami istri yang lusuh, bau dan kelelahan, membuka helm... menyambut tangan bapak dan ibu mertua... memeluk mereka erat, lalu nyengir dan berlalu. "Ya Allah, De kenapa kamu paksain pulang ke Semarang ?? Bogor - Semarang itu jauhhhhh... berapa jam coba, belum kalo ada apa2 di jalan" ibu mertua saya terus berbicara tanpa henti.... meski begitu saya melihat dengan jelas pupil mata ibu mertua saya 4 kali lebih besar dari biasanya, tanda nyata orang yang sedang BAHAGIA.
ANAK LANANG PULANG !!

Selamat mudik bro and sist...

.... kehadiranmu dinantikan semilir angin, teduh pepohonan di kampung halaman dan senyum bahagia handai taulan ....

Mengutip iklan di tv yang beberapa hari ini berseliweran...
...... rasa rindu, adalah oleh2 terbaik bagi orang tua dari anak yang jauh di rantau ....
(Kurang lebih gitulah kata2nya :D )



Tuti Ismail

Tuti Ismail

About Tuti Ismail -

tax officer, a mother