Sunday, March 29, 2020

Tuti Ismail

GADIS



Cuilan pertama

1. GADIS

"Itu, lelaki yang kamu suka?" Aku tergagap diberondong oleh tembakan pertanyaan Bapak. Meski tak ada setetes pun keringat, ku usap wajahku berulang kali. Gigi gingsulku yang kata orang bikin aku tambah manis malu-malu mengintip di balik senyum kecutku. Aku salah tinggah.

Ini lah untuk kali pertama aku  memperkenalkan seorang lelaki pada Bapak.

------------------------------------------------------------------
Namaku Gadis. Lengkapnya Gadis Ramaniya Martowidjojo. Dar namaku pasti kalian tahu apa  harap kedua orang tuaku.

Sebagai anak bungsu dan perempuan satu-satunya di keluarga, Bapak ingin agar aku tumbuh menjadi anak gadis Martowidjojo yang menyenangkan. Dalam bahasa sansakerta, Ramaniya berarti menyenangkan. Semenyenangkan Bandung, kota tempatku lahir dan dibesarkan. Kota yang yang konon menurut  M.A.W. Brouwer. Kamu yang
pernah melewati jembatan di jalan
Asia Afrika  dekat alun-alun Bandung pasti tahu maksudku.

"Dulu, Ibumu yang paling ngotot supaya
nama kalian ada kata-kata dalam bahasa sansakertanya." Lucunya, keinginan Ibu itu jadi salah satu prasyarat saat menerima lamaran Bapak.

Makanya tidak heran jika kakak lelakiku diberi nama Pria Rajendra Martowidjojo. Pria tampan dari keluarga Martowidjojo. Aku memanggilnya Mas Pria. Tapi kalau sedang berdua aku memanggilnya dengan sebutan Lelaki Tulen, sudah mas-mas pria pula. Kalau sudah begitu Mas Pria akan  membusungkan dada dan memamerkan bisepnya yang seperti popeye. Sedap!

Pria  dan Gadis. Lucu juga. Tapi coba bayangkan ketika aku tua nanti, dipanggil apa? Ibu Gadis? Nenek Gadis? Ih ibu-ibu apa gadis sih? Kagok kan?

"Tadinya Bapak ingin memberimu nama Wanita, tapi Ibu tidak setuju," kata Ibu suatu kali.

"Kenapa?" tanyaku.

"Jangan dong. Kalau anak ibu yang cuma dua orang ini diberi nama Pria dan Wanita nanti dikiranya rumah kita toilet umum," canda Ibu sambil mencubit pipiku.

"Haha iya. Nanti di tembok  rumah kita pasti ada tempelan panah ke kanan dan ke kiri," sahutku.

"Terus ada kotak amalnya dengan tulisan Pup Rp2.000, pipis Rp1.000," Mas Pria  menimpali.

"Bu, atuh kenapa Gadis tidak diberi nama Perempuan saja?" Mas Pria bertanya.

"Karena nama kamu bukan Laki-laki," sahut Ibu.

"Laki-laki, Perempuan. Seperti di KTP.  Nanti orang tanya, ini keluarga Pak Martowidjojo kenapa jadi kaya formulir Kartu Kaluarga?" sambil terbahak aku menyambar sahutan Ibu.
-------
Aku, Gadis yang tahun ini akan berusia kepala 2 dan nyaris lulus diploma 3.

Bersambung .....

#BelalangSipit
#DonatKampung
Ilustrasi oleh Rini Rusli

Tuti Ismail

About Tuti Ismail -

tax officer, a mother