Monday, May 1, 2017

Tuti Ismail

Tak Ada Yang Bisa Menggantikan Ketulusan


Sariawan ya ? Kok diam aja ?"
"Xoncenya mana ?"
***
Masih ingat kan dengan senyum manis Elma Theana saat itu ? Pada tahun 1994 iklan Xonce (tablet hisap vitamin C) menjadi hits dan melambungkan nama Elma Theana di jagad hiburan tanah air. Iklan itu ngetop bukan sebab Elma saat itu memang sedang cantik-cantiknya, tapi menurut saya karena iklan itu sangat humanis.

Mengambil setting di gerbang tol, Elma berperan sebagai petugas pengumpul tol yang sedang melayani pengguna jalan. Elma balas menyapa pengguna jalan dan sambil melayani pengguna jalan ia tidak lupa menjelaskan manfaat produk tersebut  dengan ramah (namanya juga iklan ya).

Dua puluh tiga tahun berselang, di tahun 2017,  pada beberapa ruas jalan tol petugas pengumpul tol diganti dengan mesin yang bernama e-toll, tidak ada lagi interaksi antara pengguna jalan dengan petugas pengumpul tol,  jadi jangan lagi berharap senyuman apalagi sapaan, "Xonce-nya mana?"  

Pun begitu halnya dengan yang terjadi di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) ,  ketika layanan yang dulu dilakukan secara manual sekarang beralih menjadi serba elektronik,  mulai dari e-spt,  e-filing, e-form, e-billing, e-faktur sampai yang teranyar e-bukti potong. Layanan secara elektronik pasti akan memangkas ttatap muka antara Wajib Pajak dari Petugas Pajak. Ada "pihak ketiga" antara mereka kini yang bernama aplikasi, sistem, software, script atau apapun namanya.

Bisa jadi suatu saat nanti DJP tidak memerlukan terlalu banyak lagi Petugas Pajak, karena mulai dari menghitung, membayar sampai melaporkan pajak telah terotomatisasi dan dilakukan secara elektronik. Bisa jadi ...

Hal ini memang tidak bisa dihindari. Teknologi yang terus berkembang sejatinya seperti dua sisi mata uang, pada satu sisi bertujuan memudahkan pekerjaan manusia yang satu sedangkan pada sisi yang lain justru meniadakan peran manusia lainnya.

Bukan hal aneh sebenarnya, karena keadaan ini sudah diramalkan para ekonom beberapa tahun silam bahwa kelak akan banyak pekerjaan yang bakal diganti oleh mesin, robot,  software, script,  dan Al,  dalam 20 tahun ke mendatang. 

Stephen Hawkings melalui wawancara dengan BBC baru saja menyatakan bahwa banyak orang akan menjadi pengangguran seiring dengan majunya teknologi.  Kebiasaan kita dimanjakan teknologi akan membuat evolusi biologis yang membuat kemampuan kita terus menurun secara perlahan dan nantinya akan bisa dikalahkan oleh kemampuan teknologi Al.

Lantas kita bisa apa ?

Seperti telah saya sampaikan di atas bahwa perubahan memang tidak bisa dielakkan lagi,  dia seperti bayangan yang kadang mendahului si empunya badan. Jadi jangan heran jika kemudian persaingan antar manusia, para pekerja menjadi begitu ketatnya. 

Karenanya,  tidak bisa tidak selain kita sebagai manusia,  para pekerja yang merupakan bagian dari sebuah organisasi mesti dan harus segera mentransformasi diri menjadi lebih baik, meng-upgrade kemampuan,  dan terpenting memperbaiki attitude. Dengan upaya yang maksimal mestinya kita tak perlu berkecil hati,  kita memiliki satu senjata pamungkas,  karena secanggih apapun sebuah mesin ia tidak dapat memberikan apa yang dimiliki oleh manusia,  yaitu "ketulusan". Mainkan lah itu !

Mesin tidak akan sanggup memberikan tatapan penuh empati,  selembar tissu dan segelas air mineral kepada Wajib Pajak yang kehausan menunggu antrian di TPT,  tetapi kita bisa. 

Terakhir,  saya tutup tulisan ini dengan kata-kata bijak dari seorang penulis banyak buku tentang kepemimpinan dari Amerika, John C. Maxwell

"People may hear your words,  but they feel your attitude"


Belalang Sipit
1 Mai 2017

Tuti Ismail

About Tuti Ismail -

tax officer, a mother