Monday, June 5, 2017

Tuti Ismail

Semangkuk Biji Salak TIruan



"Ini ada sisa tepung ketan, mau dibuat apa ?" tanya sepupu saya suatu hari.
Ahaaaa saya pikir inilah saatnya saya bisa ikutan merasakan "kemewahan" itu. Saat-saat bersama anak-anak adalah  kemewahan yang saya maksud.  

Saya lihat tepung ketan sisa anak sulung praktek bikin klepon masih lumayan banyak,  cukuplah untuk bikin kolak biji salak. Kebetulan si bungsu suka dengan peganan yang satu itu.

"Dek kita bikin kolak biji salak yuk," ajak saya.  "Ayooo," jawab dia antusias. Saya mengambil selembar dua puluh ribuan dan menyodorkan padanya, "ke warung ya Dek, beli santan kara sama gula merah. Jangan lupa petik daun pandan di depan rumah." "Ok,  Ma.  Tapi yang ke pasar beli salak Mama ya," jawab dia sambil ngeloyor pergi. "Lah salak buat apa ?" tanya saya.  Anak itu menghentikan langkahnya dan balik lagi menghampiri saya. "Katanya kita mau bikin kolak biji salak. Gimana sih Mama, ya mesti beli salaknya dulu kaleee. Memangnya kita mau bikin biji salak tiruan ? " kata dia sambil tertawa.

Idih banget /-$(?*@?
Dia kira bikin kolak biji salak dari "biji salak" beneran yang dimasak sampai empuk 😂😂😂

Sekarang ganti saya yang tertawa terbahak-bahak, tertawa pedih sebenarnya. Rupanya saya telah melewatkan banyak hal.

Sekarang kamu percaya kan, kalau kemewahan tidak melulu soal uang ??

Belalang Sipit
05062017

Tuti Ismail

About Tuti Ismail -

tax officer, a mother