Saturday, July 14, 2018

Tuti Ismail

Menulis Pajak : Mengisi Ruang-ruang Reformasi



Hari ini, perdana kita memperingati Hari Pajak setelah ditetapkannya tanggal 14 Juli sebagai Hari Pajak lewat Keputusan Direktur Jenderal Pajak KEP-313/PJ/2017 tanggal 22 Desember 2017. Laman media sosial bertabur rangkaian kegiatan dalam bentuk tulisan, foto dan #HariPajak. Setidaknya meski keriaan ini masih mayoritas dilakukan terbatas oleh internal Ditjen Pajak kenyataan ini sungguh melegakan.
Pasalnya sejak 2017 Ditjen Pajak tengah melakukan reformasi jilid III. Sebuah reformasi perpajakan dalam skala besar. Tidak tanggung-tanggung semua pilar yang menopang perpajakan Indonesia akan direformasi, lima pilar iti adalah organisasi, SDM, regulasi, proses bisnis, sampai dengan IT.

Ditjen Pajak adalah Unit eselon I Kementerian Keuangan dengan jumlah personil yang luar biasa banyaknya. Kurang lebih 43 ribuan pegawai mengabdi di institusi ini. Seperti sekeping mata uang, SDM yang besar di satu sisi dapat menjadi kekuatan yang dapat mengayuh pedal hingga roda reformasi lebih cepat bergulir mencapai tujuan. Di sisi lain seperti dikemukakan McKensey dalam surveinya tahun 2008 bahwa sebuah perubahan yang dilakukan pada skala besar hanya 30% yang berhasil, sementara sisanya atau 70% tunduk takluk pada kegagalan. Penyebab utama kegagalan adalah resistensi pegawai (39%), kurangnya dukungan dari pimpinan (33%), kurangnya anggaran (14%) dan sebab lainnya (14%).

Tidak ada proses reformasi di dunia ini yang tidak menimbulkan dampak. Pun demikian dengan reformasi perpajakan yang tengah terjadi di Ditjen Pajak.  
Mengelola setiap dampak yang terjadi melalui manajemen perubahan menjadi hal penting yang harus dilakukan. Manajemen perubahan adalah pendekatan untuk merencanakan, mendesain, mengimplementasikan, mengelola, mengukur dan mempertahankan perubahan di dalam pekerjaan dan proses bisnis. Menajemen perubahan sangat penting untuk meminimalisir produktivitas selama terjadinya perubahan besar, dimana kegagalan kecil dapat menimbulkan keterpurukan jika risiko dan tantangan tidak termitigasi dengan baik.

Pentingnya Komunikasi Dalam Manajemen Perubahan

Komunikasi menjadi jurus yang ampuh untuk meningkatkan komitmen pemangku kepentingan (stakeholder) dari sekedar mendapatkan informasi adanya perubahan serta sadar akan adanya inisiatif perubahan  yang sedang terjadi dalam organisasi (awareness), memahami inisiatif, tujuan, serta implikasi dan perubahan yang sedang terjadi (understanding), menerima dan mendukung perubahan (acceptance) dan berkomitmen untuk perubahan dan mendorong tim mereka untuk mendukung perubahan .

Perencanan strategi komunikasi yang baik menjadi kunci agar penyampaian informasi selama fase implementasi reformasi perpajakan kepada para pemangku kepentingan tepat sasaran. Komunikasi dapat dilakukan lewat banyak cara baik melalui tatap muka secara langsung ataupun tidak langsung.

Tatap muka secara langsung dilakukan lewat serangkaian sosialisasi, diseminasi ataupun talkshow. Cara ini bisa jadi cara yang paling memuaskan. Namun,  sekuat tenaga memuaskan hasrat akan informasi para pemangku kepentingan rasanya tetap saja sulit untuk memenuhinya. Sumber daya yang diperlukan terlalu besar. Waktu yang diperlukan terlalu banyak.

Pun demikian, pantang untuk berputus asa. Masih  ada jalan lain yang bisa ditempuh. Informasi yang mengabarkan fase implementasi reformasi bisa hadir lewat tulisan-tulisan tentang reformasi perpajakan. Lalu siapa yang harus menulis ? Kamu, saya atau mereka ? Beruntungnya Ditjen Pajak bukan monopoli pegawai pajak. Institusi ini adalah milik seluruh masyarakat Indonesia yang hitam putihnya akan menjadi warna bangsa ini. Jadi siapa pun bisa menulis tentang reformasi pajak. 

Saya teringat pertemuan kami di Bogor tempo hari dengan Ibu Ani Natalina Kasubdit Humas Ditjen Pajak dan pengamat perpajakan Bapak Prastowo, mereka mengajak kami untuk menjadi juru catat dan juru kabar setiap langkah reformasi pajak. Laskar Pelangi pasti akan berbeda rasanya jika ditulis buka oleh Andrea Hirata, tokoh Ikal dalam novel itu. Kita tidak akan merasakan peluk dan kasih hangat Bu Mus. Tidak  akan menjumpai Belitong yang indah. Tidak akan menangisi SD Muhammayah Gantong yang reot. 

Menulis lah. Biarkan setiap tulisan menjelma menjadi cahaya yang menerangi ruang-ruang reformasi. Dia akan abadi laksana dian yang tak kunjung padam. Beritakan kepada sebanyak-banyaknya khalayak, karena seringkali kesalahpahaman dan penolakan timbul karena ketidaktahuan.

#HariPajak

Belalang sipit
Jakarta, 14 Juli 2018

Tuti Ismail

About Tuti Ismail -

tax officer, a mother