Saturday, July 14, 2018

Tuti Ismail

Agen Nasi Uduk 007


Foto ini dikirim kemarin siang. Captionnya lucu "Bu Tuti, salam kenal dari kami berdua. Agen nasi uduk. Agen nasi uduk yang kangen mak-nya"

Anak berkaos merah itu namanya Banyu. Meski umurnya terpaut jauh, dia adalah teman main anak-anak saya. Biasa nongkrong di rumah selepas  sekolah. Biasa diomelin sama kakak sepupu saya. Biar diomelin besoknya dia datang lagi dan lagi. Banyu bahan perbincangan kami di rumah, sekaligus sumber  tawa kami yang tidak pernah kering. Darinya mengalir cerita-cerita lucu.

Gagal sunat

Beberapa tahun lalu di kampung saya diadakan sunatan massal. Banyu adalah salah satu pesertanya. Waktu itu usianya sekitar 8 - 9 tahun. Berita Banyu ikut sunatan massal saya dengan dari anak-anak saya. Pun ketika akhirnya dia gagal ikut sunatan massal.

"Banyu sudah disunat, Ndan ?"
"Nggak jadi."
"Sunatan massalnya jadi. Yang nggak jadi itu Banyu disunat?"
"Loh kenapa ?"
"Takut dia. Saking takutnya pas mau disunat dokternya dikencingin. Mama jangan tanya-tanya ya kalo ketemu Banyu. Kasian dia malu."
"Iya."

Jangankan gagal sunat, dulu waktu anak saya yang kedua berhasil disunat dia malu. Tidak ada satu pun temannya yang boleh masuk ke rumah. Padahal sepulang dari klinik teman-temannya sudah berjejer di depan rumah bawa hadiah hasil patungan. Hadiahnya bikin haru, isinya buku tulis, penggaris, pulpen dan penghapus pensil. Pensilnya mana ? Ada penghapus pensil kok pinsilnya nggak ada ?

"Maap uang patungannya nggak cukup untuk beli pinsil, Mama Haikal."

Pingin jadi seperti Raja Purnawarman

Saya pernah tanya ke Zaidan kenapa Banyu suka diomelin Bude, dia jawab begini,"kata Bude, Banyu bikin kotor tembok kamar."

Saya tolah toleh lihat sekeliling tembok, nggak ada coretan apa-apa.

"Mama jangan ikutan marah juga. Aku dah bilang sama Banyu, besok kalau ke sini jangan bawa kaki biar nggak dimarahin Bude," kata Zaidan sambil nunjuk bekas tapak kaki di tembok kamarnya.

"Pingin niru Raja Purnawarman kali tuh si Banyu."
"Iya kali ya, Ma."

Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja Purnawarman. Prasasti ini adalah salah satu bukti dari keberadaan Kerajaan Tarumanegara.

"Terus Banyu bilang apa di suruh jangan bawa kaki kalau ke sini ?"
"Iya katanya, kakinya nanti ditinggal di lapangan kalo mau ke sini. Tapi dia tuh suka lupa, besoknya dateng ke sini bawa kaki lagi."
"Trus dimarahin Bude lagi donk ?"
"Udah pasrah katanya. Diapain juga mau. Asal boleh main di sini."

Kemarin Banyu main lagi ke rumah. Kelakuannya kali ini nggak kalah lucunya sama cerita di atas. Dia ngajak anak saya berswafoto,"pakai kaca mata, Ndan." Dipakainya kaca mata dan bantal leher buat bergaya. 📷.
"Keren kan. Kirim ke mama lo, Ndan. Biar mama lo pingin pulang."
"Ini kalo ditanya kita sebagai apa ceritanya."
"Agen."
"Agen apa ?"
"Agen nasi uduk 007 !"
"007 kaya RT kita ya"
"Bilang sama mama lo, ini Agen nasi uduk  007 yang kangen mak-nya."

Belalang sipit
Jakarta, 14 Juli 2018 (bertepatan dengan #HariPajak)

Tuti Ismail

About Tuti Ismail -

tax officer, a mother