Thursday, September 23, 2021

Tuti Ismail

Kembali Ke Dapur


Hari ini Sabtu (28/09/2021) tepat satu minggu saya memberanikan diri menerima pesanan Ayam Pop. Seperti de javu rasanya. Samar-samar saya seperti melihat diri saya yang dulu lagi.  Kiranya kelok dalam perjalanan hidup lebih berliku dibanding Kelok Sembilan.

Sekitar tahun 2002 saban lebaran saya menerima pesanan kue kering, macam nastar, kastengel, sagu keju dan kawan-kawannya. Untuk memperlancar usaha sebuah oven gas berukuran 1 meter sengaja saya beli. Saya masih ingat oven itu saya beli di daerah Cawang. Harganya tidak lebih dari Rp800 ribu rupiah, lengkap dengan pengatur suhu dan api atas bawah.

Sebetulnya bisnis saya saat itu bermula dari membuat praline (coklat yang dicetak dengan beragam bentuk dan isi). Mungkin karena saat itu produk praline sesuatu hal yang baru-setidaknya di lingkungan pergaulan saya- dagangan saya laku keras. Singkat cerita dari permintaan pelanggan akhirnya produksi praline itu merambat ke bisnis kue kering. 

Saya tentu tidak mengerjakannya sendirian. Ibu-ibu tetangga kanan kiri dengan suka hati membantu. "Lumayan. Hitung-hitung dapat THR untuk lebaran," begitu kata mereka. 

Dengan telaten saya ajari mereka cara mencairkan coklat batangan, mencetak dan mengemasnya hingga terlihat menarik. Karena dasarnya sudah biasa ke dapur tidak sulit bagi saya untuk memberi pengertian pada mereka bahwa adonan nastar tidak boleh kelamaan diaduk.  

Kala itu rumah seperti pabrik kue. Berblok-blok coklat batangan dan berbal terigu serta berdus toples kue memenuhi rumah. Harum butter merek Anchor tercium sepanjang waktu. 

Namun sayang, setelah tahun 2008 oven saya dingin seperti malam di Kota Magelang. Hingga akhirnya karena tidak pernah dipakai, sementara dilego pun rasanya masih cinta kira-kira empat tahun lalu oven saya berikan kepada seorang teman. Saat itu mantap  dia bilang ingin memulai bisnis serupa.

Saya mencoba mengingat lagi apa sebab waktu itu poduksi terhenti. Ah jangankan ingat apa sebab produksi terhenti, ingatan saya seperti sumbu kompor yang terbakar. Makin lama semakin pendek saja rasanya.  Kini resep kue kering andalan tak ada satu pun yang diingat. Yang saya ingat jelas adalah kesedihan para tetangga,"sayang sekali, Tut!".

Jadi, jika sekarang saya memberanikan diri menerima pesanan Ayam Pop dan menuliskan kisahnya di sini  semata  karena ingin membantu diri sendiri. Konon di samping menulis adalah obat, menulis juga bisa jadi berkat. 

----

Jakarta (28/09/2021)

#IniAyamPop #BesokOrderLagi

Tuti Ismail

About Tuti Ismail -

tax officer, a mother