Friday, June 22, 2018

Tuti Ismail

Bakcang, Kwecang dan Tradisi Peh Cun


Kwecang
Berkali-kali Agnes berusaha meninggalkan Ridho 
Tapi laki-laki itu seperti kerikil yang melekat 
Di ujung sepatunya.

Di sini, di tepi sungai Cisadane
Agnes tiba-tiba teringat kisah Qu Yuan
Seorang menteri dari negeri Chu
Yang diperolok dan diasingkan 
Justru karena kesetiaan dan kecintaannya pada negeri 
Ia kecewa dan menceburkan dirinya ke sungai.

Lalu orang-orang mencarinya dengan perahu
Tapi jasadnya tidak pernah ditemukan
Sejak itu, setiap tahun orang-orang
Mengadakan lomba perahu
Untuk menghormati Qu Yuan yang rela bunuh diri
Demi kesucian cintanya pada negeri Chu.

Agnes menyerigai
Ujung kakinya sudah menapak ke tepi sungai
Ia ingin mengikuti jejak Qu Yuan
Menceburkan dirinya ke sungai
Demi kesucian cintanya kepada Ridho.
.....
Sepenggal bait dari Antologi Puisi Esai : Kutunggu Kamu di Cisadane karya Ahmad Gaus yang bercerita tentang tradisi Peh Cun di sungai Cisadane.

Pagi ini saya sarapan Kwecang. Kamu pasti mengira ini Bakcang, kan ?Awalnya saya kira kawan saya salah menyebut Kwecang yang seharusnya adalah Bakcang. Ternyata tidak. Peganan yang satu ini mananya Kwecang, bisa dibilang Kwecang adalah  Bakcang dalam bentuk mini. Kwecang terbuat dari beras ketan dan biasanya tanpa rasa. Untuk menambah cita rasa,  Kwecang dimakan bersama cocolan gula pasir.

Hanya bulir beras ketan yang sempurna saja yang akan diolah menjadi Kwecang. "Mama mertua sudah mulai  milihin beras ketan yang akan dibuat jadi Kwecang ini sejak sebulan lalu," begitu kata kawan saya.

Berbeda dengan Kwecang, Bakcang berukuran lebih besar dan terbuat dari beras dengan isi beragam daging yang diolah seperti semur kering. Kadang saya juga menjumpai Bakcang dengan isi tahu, yang ini cocok bagi para vegetarian.

Bakcang ataupun Kwecang banyak dijumpai  pada perayaan Peh Cun. Dalam dialek Hokkian untuk kata pachuan (Hanzi: Rb9, yang berarti: mendayung perahu). Perayaan Peh Cun tahun 2018 bertepatan dengan tanggal 18 Juni.  Perayaan Peh Cun berlatabelakang sejarah tentang seorang pejabat tinggi kerajaan Chu Barat (provinsi Hunan, China sekarang) yang bernama Qu Yuan (Khut Guan). Qu Yuan (340 SM - 278 SM) dikenal jujur dan setia kepada negara. Tetapi ia difitnah oleh lawan politiknya dan akhirnya diasingkan oleh negara. Di pengasingan ia sangat sedih melihat negara mengalami kehancuran semenjak ditinggalkannya, sehingga akhirnya ia memutuskan menenggelamkan diri ke dalam sungai Milo tepat di tanggal 5 bulan 5 pada penanggalan lunar China. Rakyat yang merasa sedih kemudian mencari-cari jenazah Qu Yuan tersebut dengan ramai-ramai terjun ke dalam sungai.  Perahu-perahu dengan hiasan yang menyerupai binatang naga dengan tabuh-tabuhan genderang untuk menakut-nakuti ular sungai juga dikerahkan untuk mencari Qu Yuan. Meski telah dicari daripagi hingga petang jenazahnya tidak juga ditemukan. Kisah ini tercatat dalam buku sejarah 'Shi Ji' tulisan sejarahwan Sima Qian. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal perlombaan perahu naga setiap kali perayaan Peh Cun.

Dalam 101 Kisah Bermakna dari Negeri China : The Powerfull Wisdom from Ancient Stories karya Lei Wei Ye, dikisahkan rakyat yang sangat mencintai Qu Yuan tidak ingin mayatnya dimakan oleh ikan-ikan di sungai. Karena itu mereka memasak ketan dan dibungkus daun untuk menjadi makanan yang disebut zongzi atau bakcang. Mereka membuat Bakcang yang banyak dan dibuang ke sungai. Tujuannya agar tidak ada seekor ikan pun  yang memakan mayat Qu Yuan, orang yang mereka kasihi. Jika Qu Yuan masih hidup mereka berharap juga Bakcang yang ditebar ke sungai dapat dimakan olehnya. Maka tidak heran jika Peh Cun disebut juga Hari Bakcang.

Pada perayaan Peh Cun, masyarakat juga turun ke sungai untuk melakukan tradisi mandi tengah hari.  di Pontianak perayaan Peh Cun dilakukan di sungai Kapuas. Sayang sekali tahun ini tidak ada lomba perahu naga seperti tahun-tahun sebelumnya.

Foto by Kompas



Belalang Sipit
Pontianak
22 Juni 2018











Tuti Ismail

About Tuti Ismail -

tax officer, a mother