Thursday, January 10, 2019

Tuti Ismail

I.K.H.L.A.S.



Terluka, sedih dan kecewa ketika kehilangan merupakan sesuatu hal yang sangat wajar, karena kita adalah manusia. Jika kamu tidak merasakan itu, patut juga curiga jangan jangan sudah kehilangan rasa sebagai manusia.  Ini bahaya. 

Sempat mencecap rasa itu saya pikir baik juga agar timbul rasa empati pada yang sedang merasakannya.  Lebih jauh menjadi senantiasa mawas diri setidaknya tidak menyebabkan orang lain  over dosis merasakan hal itu. Sedikit boleh,  terlalu banyak jelas jangan.

Ikhlas adalah obat paling manjur untuk menyembuhkan luka, sedih dan kecewa. Sangat m5ungkin pasca semua berlalu,  kegembiraan akan datang. Musim kemarau tidak akan terjadi sepanjang masa,  bukan ?

"Kemana nih sandal yang kanan ?" Saya tolah toleh mencari-cari ke sana ke mari. Hasilnya nihil. Yang tersisa sandal sebelah kanan tetapi pasangan sandal yang lain. 
"Ambil saja !" nanti mahgrib kan kita shalat lagi di sini."
"Nggak ah. Masa pulang shalat malah ambil sandal orang."
"Ya kan yang punya sandal reebok itu juga ambil sandal kamu."

Sewaktu anak-anak masih kecil hampir tiap hari kehilangan pinsil atau penghapus. Saya tidak gusar, mereka pulang juga membawa barang serupa milik teman sekelasnya. Impas ! Toh orang tua murid lainnya juga tidak ada yang protes. Ini kesalahan besar.

"Haha ini bukan main bola yang hasilnya bisa seri. Ya kalau pemilik reebok itu lawan tanding saya.  Kalau bukan  ? Salah ngegolin ke lapangan sebelah, dong. "

Nggak ah. Biar sandal bagian kanan itu lebih bagus dan jelas lebih bermerek, itu bukan sandal saya.

"Haha iya ya. Malah jadi kelihatan aneh."

Setiap habis shalat saya bergegas. Menunggu di muka ruangan kecil yang biasa kami pakai untuk shalat, berharap pemilik reebok kanan akan muncul.  Sayangnya tidak kunjung jua. Kemana dia  ? Bukan salah satu penghuni apartemen Rushaifah ini kah ?

"Pa, yang saya sesali hanya satu, kenapa sih itu sandal hilangnya bukan sepasang saja sekalian ? Kan jadi malah bisa dipakai."

Biar hanya sandal,  kehilangan tetap menimbulkan luka.  Pertanyaan kenapa harus saya ? menari di kepala. Tidak usah mencoba menjawab. Mencobanya hanya membuat luka semakin menganga. 

Saya memutuskan berhenti mencari. Melupakan dan belajar mengikhlaskan.

Hari berlalu. Tanpa diduga sandal milik saya itu muncul di muka pintu ruang shalat. Reebok kanan yang sekarang raib. Semoga dibawa pemiliknya, entah siapa.

---

Belalang Sipit
11/01/2019

Tuti Ismail

About Tuti Ismail -

tax officer, a mother