Wednesday, January 9, 2019

Tuti Ismail

Sepanjang Jalan Kenangan


Kota Yogya menjadi destinasi terakhir. Petualangan melewati lima provinsi, begitu kami menyebutnya. Pasca kelulusan bulan lalu,  liburan kali ini akan menjadi kebersamaan terakhir. Beberapa bulan yang akan datang jangankan bisa pergi bersama, berjumpa pun rasanya akan sangat sulit. 

"Yuk kita perpisahan sebelum SK penempatan keluar, Har."
"Sudah terbayang sebagian dari kita akan mengadu nasib di wilayah timur Indonesia, sebagian lagi di bagian barat dan yang lainnya di bagian tengah, ya Tut."
"Ya iya lah pasti ke sana.  Indonesia kan cuma WIB,  WITA,  sama WIT aja."
"Hehe."

Mungkin ini lah lucunya anak kuliahan di belahan dunia mana pun,  ketika kuliah berdoa ingin segera lulus. Giliran sudah lulus tidak ingin segera berpisah. 

Perjalanan kami kurang lebih berlima belas orang ini dimulai dari terminal Lebak Bulus (DKI Jakarta) melewati Cikampek (Jawa Barat) menuju Kota Solo (Jawa Tengah)  lalu ke Telaga Sarangan,  Magetan (Jawa Timur)  dan berakhir di Yogyakarta (DIY).  Perjalanan kala itu begitu menyenangkan.  Jalanan  ramai dan meriah. Sepanjang jalan raya berderet umbul-umbul warna warni.
Setiap rumah dihias lampu warna warni. Indonesia bersolek merayakan usianya yang ke lima puluh tahun. Masa itu di tahun 1996.

----

Malam itu Yogya basah bekas diguyur hujan tadi sore. Sejuk tak terkira. Selepas dari Parangtritis akhirnya kami menepi di sebuah warung pecel lele pinggir jalan. Sepiring  nasi dan pecel lele beserta sambal serta lalapan jadi penghiburan yang luar biasa.  Suara merdu dan petikan gitar pengamen seperti MSG yang ditabur di atas sambal pecel lele.  Sedap.

"Mas request lagu dong."
"Boleh, Mas. Lagu apa ?"
"Sepanjang jalan kenangan. Bisa  ya ?"
"Bisa,  Mas."

Aih romantis  ! Malam itu rasanya tak ada satu pun dari kami yang rela berpisah. Lagu sepanjang jalan kenangan memang sangat pantas menggambarkan kebersamaan kami saat itu.

Di tahun 60-an lagu Sepanjang Jalan Kenangan sangat populer.  Tembang karya A. Riyanto tersebut dinyanyikan oleh Tetty Kadi. Kalau banyak orang bilang lagu lawas abadi sepanjang masa saya rasa itu benar adanya.  Buktinya selang lebih dari lima puluh tahun kemudian tepatnya pada Februari 2012 grup musik anak muda, The Rain, mendaur ulang lagu tersebut dengan aransemen pop yang lebih kekinian.  Bahkan karena begitu indahnya lagu tersebut pada September 2012, Pay & Friends kembali mendaur ulangnya dengan cita rasa yang beda, rock.  Tua muda semua mahfum lagu ini. Salute  !

Saya lihat teman saya menyodorkan selembar uang lima ribuan. Mas Pengamen bergegas menyelipkan di saku celananya. Rejeki baik hari ini.

Mas Pengamen mulai memetik gitar. Suaranya yang serak-serak basah merdu terdengar, "sengaja aku datang ke kotamu. Lama nian tidak bertemu. Iii..."

"Stop ! Stop, Mas !" jerit teman saya. Mas Pengamen berhenti beraksi, berhenti  di huruf i(ngin). Dia terlihat kaget. Kami pun begitu.  Sontak serentak menoleh ke teman saya itu. 

"Kok lagunya itu sih  !" Dia melanjutkan bicaranya.  Wajahnya terlihat kesal. Kami saling betukar pandang. Memang ada Sepanjang Jalan Kenangan yang lain ? 

"Mas, minta lagu Sepanjang Jalan Kenangan, kan  ? sahut Mas Pengamen.

"Iya. Pengamen kok nggak hapal lagu," gerutunya.

"Sepanjang jalan kenangan kita slalu bergandeng  tangan... 
Sepanjang jalan kenangan ku peluk dirimu mesra... 
Hujan yang rintik rintik di awal bulan itu...
Menambah indahnya malam syahdu...," masih dengan wajah sewot teman saya berlagu,  memberi contoh ke Mas Pengamen. 

"O itu. Ngapunten ngge, jadi Mas-nya ini minta saya nyanyikan lagu itu cuma di bagian refrainnya aja  ? Ndak mau dari awal lagu ?" Mas Pengamen nyaut sambil senyum-senyum. 

Halah gayamu, Dul 😂😂 #@$"'@@


----

Belalang Sipit
10/01/2019



Tuti Ismail

About Tuti Ismail -

tax officer, a mother