Saturday, July 23, 2016

Tuti Ismail

ADA GARUDA DI PONTIANAK

foto : Istana Kadriah













Dear Pontianak... kamu apa kabar ??? Sudah 11 bulan 3 hari di sini bersamamu tapi belum juga lunas hutang janji pada diri sendiri untuk menulis kisah ini... kisah tentang kamu... PONTIANAK
Mungkin karena letaknya yang di Kalimantan banyak yang mengira kalo Pontianak itu masuk WITA, padahal yang betul tuh sama dengan Jawa dan Bali, masih WIB. Ya iyalah WIB... liat aja di peta... Pontianak kan cuma segaris lurus dengan Jakarta... cuma 1 jam 15 menit kalo naik pesawat. Kalo pinjem istilah anak saya cuma "sekali mimpi aja" ... hehe
Pontianak, kota di tepian Kapuas ini didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie pada tahun 1771 M. Hal menarik seputar sejarah berdirinya kota Pontianak adalah adanya legenda mengenai kuntilanak dan meriam. Kabarnya pada saat membuka lahan hutan untuk dijadikan kediaman, Sultan dan para pengikutnya kerap diganggu oleh kuntilanak tetapi akhirnya Sultan berhasil mengusir kuntilanak dengan cara menembakkan meriam ke 3 titik, hingga kuntilanak takut dan lari kocar kacir .. heroik banget yaaa.. http://m.detik.com/…/kuntilanak--meriam-begini-asal-muasal-…

Tiga titik dimaksud di atas adalah lokasi Istana Kadriah (Istana Kesultanan Pontianak), Masjid Jami Sultan Abdurrahman dan kompleks pemakaman keluarga Kesultanan Pontianak.

Masjid Jami Sultan Abdurrahman yang berjarak -/+ 200 m dari Istana Kadriah adalah bukti nyata keshalehan Sultan Syarif Abdurrahman sebagai pendiri Kota Pontianak. Masjid kokoh berbahan kayu besi. Masuk dan shalatlah di dalamnya.... rasa sejuk dan nyaman mestinya. Masjid yang ditopang oleh 6 tiang utama ini memang asik sekali, kabarnya salah satu tiang yang berada di sebelah kanan depan adalah sebuah pohon kayu besi yang masih berakar sampai ke dalam. Hmmm kerennnn .... besarnya pun luar biasa... cobalah peluk tiang itu dijamin nggak akan sampai tangan ini...
Masjid Sultan Syarif Abdurrahman
Di depan Masjid Jami Sultan Abdurrahman halaman luas terhampar menghadap ke aliran deras Kapuas. Lalu lalang speedboat yang menyebrangkan penduduk menuju Pasar Tengah dan sebaliknya menambah ciamik pemandangan. Maka sesungguhnya Pontianak sebagai water front city telah bermula sejak awalnya...
From Istana Kadriah to Masjid Jami

Sekarang yukkk intip2 Istana Kadriah itu....
Istana Kadriah terletak di Pontianak Timur. Istana berbahan Kayu Ulin atau Bulian atau yang biasa kita kenal dengan Kayu Besi (dalam bahasa kerennya Eusideroxylon Zwageri) ini masih kokoh berdiri, padahal telah berdiri sejak 1771 M.
Istana Kadriah tampak dalam

Sebenernya sih kita nggak perlu heran juga, soalnya selain dirawat dengan cukup baik, Eusideroxylon Zwageri ini adalah kayu dengan kualitas paling kece ... khas hutan Kalimantan. Kayu ini kuatnya minta ampun, sulit untuk digergaji dan anti rayap... pantesan banyak orang yang kesemsem sama nih kayu... pertanyaanya yang terus berputar dalam kepala saya adalah masih adakah ia di hutan Kalimantan ?? ‪#‎hmmm‬

Dengan pemilihan warna kuning gonjreng yang mendominasi, saya kok yakin kalo pendiri Kesultanan Pontianak ini adalah orang yang penuh optimisme... semangat... dan kekinian banget. Jadi pantesan aja pas kesana mendadak semangat... meski baru semangat foto2 sih hehehe....
Yang perlu dan penting banget untuk diketahui para pengunjung adalah istana ini menjunjung tinggi adat kesopanan. Beneran... coba aja kesana pake celana pendek... kamu pasti diminta pakai sarung... malu lah masa mau ketemu sultan sambil pamer gitu... auratmu itu loh... auratmu !!!
Bersama Sultan Syarif Abu Bakar bin Syarif Mahmud Alkadrie

tapi yang dah terlanjur sampe sana ya nggak disuruh pulang sih, Istana Kadriah sudah menyiapkannya kok... ‪#‎baik‬ ya, cc pria bersarung dalam gambar... hehehe
Istana Kadriah saat ini tidak ditempati oleh Sultan Syarif Abu Bakar bin Syarif Mahmud Alkadrie (Sultan Pontianak ke VIII), jika beruntung sebenarnya bisa juga kok kamu berjumpa dengan belio, seperti kami di sore itu. Tempat tinggal pribadi Sultan sendiri ya nggak jauh juga sebenarnya dari Istana Kadriah sebab cuma di belakangnya aja. Sultan yang sangat ramah dan rendah hati, "maaf saya duduk di atas ya..." kata belio saat saya dan kawan2 meminta ijin untuk foto bersama. Ah Sultan, baik bener ..... saya jadi tersipu malu.... ‪#‎cekrek‬ cekrek
Sultan Hamid II semasa  muda

Deretan foto2 dari wajah2 yang asing bagi saya tersusun rapi di dinding ruang dalam istana. Saya terpikat pada foto lelaki muda dalam foto tua yang terpampang di dinding. Sapose ??? Pihak istana yang menemani saya kala itu menjelaskan.... masa sih nek, dese ra mudeng !!?? Belio lah Sultan Hamid II (Sultan Pontianak ke VII) yang bernama asli Sultan Abdul Hamid Alkadrie. Melihat foto Sultan Hamid II kala muda rasanya siapapun bakal jatuh cinta deh, suerrrr... ini kalo dalam bahasa kekinian tuh 'gantengnya nyundul langit' alias ganteng banget. Tapi buat saya, belio di masa dewasanya terlihat lebih menarik... sangat kharismatik ‪#‎kok‬ jadi ganjen, bu ??

Pada masa pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) belio pernah menjabat sebagai Menteri Negara Zonder Portofolio. Sebagai Menteri Negara Zonder Portofolio, belio ditugaskan oleh Presiden Soekarno untuk merencanakan, merancang, dan merumuskan gambar lambang negara. Pada 10 Januari 1950 terbentuklah Panitia Lencana Negara dengan belio sebagai koordinatornya.
Sultan Hamid II bersama Presiden Soekarno di Yogyakarta
Panitia ini bertugas untuk menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah. Singkat cerita terdapat dua rancangan terbaik yaitu rancangan Sultan Hamid II dan M. Yamin, dan akhirnya usulan lambang negara dari Sultan Hamid II berupa Burung Garuda yang akhirnya dipilih oleh pemerintah. Repro rancangan lambang negara yang telah mendapat persetujuan Presiden Soekarno terpajang dalam bingkai cantik pada dinding Istana Kadriah. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sultan_Hamid_II

Bagai rangkaian puzzel yang hilang dalam sempitnya pengetahuan saya akan sejarah bangsa ini akhirnya bertemu. Pantulan bukti kisah kasih Patih Logender dari Majapahit dengan Putri Dara Juanti dari Kesultanan Sintang ternyata sampai juga hingga Pontianak, membentuk inspirasi cinta...
Menginsiprasi putra bangsa dalam merancang gambar lambang negara. Meski pada perjalanannya lambang negara usulan Sultan Hamid II mengalami penyempurnaan hingga seperti saat ini, namun dari sana lah semuanya bermula, PONTIANAK dan SINTANG. http://m.antaranews.com/…/patung-burung-garuda-kesultanan-s…
Perjalanan rancangan Lambang Negara - Burung Garuda
Lambang Negara dengan disposisi Presiden Soekarno (copy)

.... kagum pada ketajaman nalurimu, dari indahnya budimu..... pada mereka yang telah memilih lambang negara yang terispirasi dari rasa CINTA.... http://m.liputan6.com/…/kisah-cinta-patih-majapahit-di-bali…
Saya berdiri pada gazebo di tepian Kapuas.... menatap lurus ke hulu, memandangi matahari yang pamit pulang.... merasai hembusan angin yang menerbangkan ujung2 jilbab ...membayangkan.... setelah episode "Ada Apa Di Sintang" dua minggu lalu.... mestinya siquel "Garuda di Dadaku" dimulai dari sini....


Pada pukul 22.34 WIB, 1 Juni 2016
Masih di Hari Kelahiran Pancasila


‪#‎daritepianKapuas‬

Tuti Ismail

About Tuti Ismail -

tax officer, a mother