Monday, July 18, 2016

Tuti Ismail

BELAJAR KOPI DARI SANG PEMILIK



Sudah sejak lama saya suka minum kopi meski baru kopi sachetan.... tapi sejak di tinggal di Pontianak saya mulai naik kelas, coba2 minum kopi hitam. Tergoda tidak lain karena saya bergaul dengan para penikmat kopi macam Tri Juniati, Darus Setiadi, Petew Pawkew dan Eko Yudhi. Yang terakhir bahkan pantas saya beri gelar penggila kopi... sebab cuma dia yang berani sahur cuma dengan secangkir kopi :D :D


Meski belum bisa bedakan secara akurat jenis kopi dan mana kopi yang enak mana yang tidak, tapi setidaknya saya sudah bisa bedakan di warung kopi A kopinya lebih pahit, lebih asam sampai lambung saya melilit dari pada warung kopi B yang tapi lebih wangi dan lebih kental... dan seterusnya dan seterusnya....

Sudah bisa menandai juga kalo kopi susu di warung kopi ini lebih creamy dari pada yang disana ... dan seterusnya dan seterusnya...

Hal itu tidak lain karena di Pontianak warung kopi begitu menjamur dan minum kopi sudah menjadi budaya. Kehidupan kota seperti dimulai pada malam hari di sini, ramai sekali... bisa jadi karena cuaca yang begitu panasnya di siang hari. Di sini saya belajar untuk minum kopi yang tak sekedar minum kopi (saya menyebutnya "ngopi"). Biasanya saya hanya butuh waktu 5 menit setiap kali minum secangkir kopi, tanpa basa basi... langsung tandas :D . Tapi sekarang sudah bisa mulai mengulur waktu menjadi 15 menit, 30 menit bahkan sampai 60 menit.... apalagi kalo minum kopi sambil ditemani keladi atau pisang goreng berbalut selai srikaya.... hmmm... ya itu dia makanya saya bilang sekarang sudah bisa "ngopi".

Sambil menyeruput secangkir kopi seharga kurang dari 10 ribu rupiah kita bisa berjam2 bercengkrama dengan teman2 sambil ngobrol ngalor ngidul... itu yang menurut istilah saya namanya "ngopi". Harga kopi per cangkir yang sangat terjangkau menyebabkan penyuka kopi disini merata dari yang tua sampai yang muda, pria atau wanita, dari orang top sampai orang biasa macam saya. Maka jika kamu ingin tau tentang berita yang lagi ngehits, datanglah ke warung kopi....

Jangan berfikir macam2 dulu, ngopi di sini adalah juga ajang silaturahmi... bahkan silaturahmi dimulai sejak subuh hari, di warung kopi. Pada beberapa kesempatan bahkan kadang2 berita dari warung kopi bisa lebih dulu dari berita di koran lokal hehehe.

.... dan selama Ramadhan, demi memuaskan para penikmat kopi warung kopi ini buka sejak jam 02.30 wib .... sahur bersama secangkir kopi.... ‪#‎warbiasa‬ ya

Kalo sudah begini rasanya ingin juga kenalan lebih jauh dengan kopi.... sebenarnya sejak beberapa bulan lalu saya niat menulis tentang kopi, tapi nggak tau mesti bertanya kepada siapa... maklum amatiran. Jadi ketika tanpa sengaja beberapa hari lalu saya belajar dari pemilik kebun kopi (PTPN IX maksudnya :D ).... di Musium Kopi di Wisata Kampoeng Kopi Banaran, Temanggung... saya merasa disayang banget sama Allah... doa saya dikabulkan :D ‪#‎duileee‬ mpokkk


Musium Kopi ini memang baru dibuka tahun 2016, dengan tiket seharga 5 ribu rupiah kamu bisa belajar tentang kopi plus mendapat sample sebungkua bubuk kopi dari kebun kopi milik PTPN IX. Bahkan menurut mbak2 di musium jika bukan pas hari raya pengunjung bisa juga melihat2 ke pabrik kopi yang terletak di samping musium. Keren banget kan... 

Ada empat jenis kopi yang dikenal yaitu Arabika, Robusta, Liberika dan Ekselsa. 

-ARABIKA, cita rasa asam namun mempunyai wangi yang kuat. Biji kopi tipis (kecil) dibandingkan biji kopi robusta dan berbentuk oval. Kulit ari tidak terkelupas seluruhnya. Dalam prosesnya biji kopi sangrai hingga coklat.

- ROBUSTA, dengan rasa yang lebih pahit namun lebih kental. Biji kopi lebih besar dan tebal. Dalam prosesnya biji kopi disangrai hingga kehitaman.


- EKSELSA, biji kopi besar dan tebal, daun besar, tahan penyakit namun cita rasa agak asam.

- LIBERIKA, ukuran buah lebih besar dari Arabika dan Robusta, namun rendemen dari biji basah menjadi biji kopi kering sangat rendah yaitu hanya 10% hingga jenis ini sangat jarang dikembangkan di Indonesia.
Secara ekonomis yang banyak dibudidaya di Indonesia adalah jenis Arabika dan Robusta. Namun belakangan karena mulai banyak peminatnya kopi jenis Ekselsa yang dapat hidup di lahan gambut mulai juga dikembangkan di wilayah Tanjung Jabung Barat (Jambi) http://www.kopibanyumas.com/2015/04/kopi-ekselsa.html?m=1 .

Yang sedang "ngehits" saat ini adalah kopi yang namanya KOPI LANANG atau peaberry coffee. Varian baru ?? Bukan... varian masih tetap sama Arabika, Robusta, Liberika ataupu Ekselsa. Kopi Lanang adalah kopi yang berbiji tunggal, sebab pada umumnya kopi berbiji dua (dikotil). Sama seperti bawang putih tunggal, biji kopi lanang (tunggal) ini karena jarang ditemukan maka harganya pun tentu lebih mahal dari biji kopi pada umumnya.

Pada beberapa racikan kopi, untuk menambah cita rasa yang pas kadang memang dicampur antara Arabika dan Robusta...... tergantung pada cita rasa atau kelebihan manakah yang ingin ditonjolkan si pembuat kopi.... dan ilmu ini tentulah sangat mahal harganya.. RESEP RAHASIA !!

Resep rahasia kopi lainnya terletak pada cara "sangrai", yaitu penggorengan kopi tanpa minyak .... berapa lama dan tehnik apa yang digunakan akan menghasilkan cita rasa kopi yang berbeda... jadi ingat film Filosofi Kopi nih :D :D

... dan ada sekolahnya ternyata di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia http://iccri.net . Belajar cita rasa kopi bisa dilakukan disana http://www.cikopi.com/2011/06/uji-cita-rasa-kopi/

Pantesan mbak yang menemani saya di Musium Kopi bingung waktu saya tanya berapa lama sebaik proses "sangrai" untuk mendapatkan cita rasa kopi yang enak... dia pasti bingung gimana cara jelasinnya ke orang awam macam saya, maksudnya mungkin belajar dulu gih di Jember ... di Puslit Koka, Jember hahah

Rahasia terakhir adalah pada teknik penyajian kopi... nah kalo ini para barista lah jagonya... dan ini pun ada sekolahnya. 

Pada intinya semakin sulit teknik penyajian, semakin mahal harga secangkir kopi....

Kopi tubruk yang dipesan sepupu saya harganya 1/4 dari harga black coffee yang dipesan suami saya ....bedanya cuma yang satu dengan ampas yang satunya lagi tanpa ampas..... hmmm ilmu mahal bro !!

Tuti Ismail

About Tuti Ismail -

tax officer, a mother