.... TENTANG KITA ...
Seperangkat gamelan mas kawin Patih Loh Gender (Keraton Sintang) |
Rupanya dari sinilah semuanya bermula... SINTANG. Sebuah kabupaten yang berada 395 km di sebelah timur Kota Pontianak. Dari Pontianak menuju Sintang dapat melalui perjalanan darat +/- 9 jam ... hmm lumayan ya... tapi kalau melalui udara tidak perlu waktu lama, hanya perlu waktu 30 menit kita sudah sampai di Sintang.
Bandar udara Susilo di Sintang adalah sebuah bandara kecil hanya pesawat jenis ATR saja yg bisa mendarat disini. Landasannya yang pendek mungkin salah satu penyebab tidak ada pesawat besar yang mampir kesini. Kenapa nggak diperpanjang aja sih landasannya ?? Ih nggak bisa cyyn... wong selepas jalan di depan landasan itu Sungai Melawi hehe
Keraton Al Mukarromah (Keraton Kesultanan Sintang) berada tepat di tepian pertemuan Sungai Kapuas dan Melawi. Masih di dalam kompleks keraton, berdiri megah Masjid Jami Sultan Nata yang dibangun pada abad 17 M (tahun 1672 M). Masjid ini kemudian dibangun lebih besar seperti ukuran saat ini oleh Sultan Nata Muhammad Syamsudin Sa'adul Khairiwaddin (Sultan Islam ke III). Sebenarnya awal mula masjid ini dibangun sudah sejak jaman pemerintahan Sultan Tunggal namun masih sangat sederhana sebab hanya dapat menampung 50 jamaah saja.
Semasa pemerintahan Sultan Nata pada tahun 1672 M juga telah dilakukan penulisan Al Qur'an secara manual (tulisa tangan) di atas kertas hologram (menurut kerabat istana diduga berasal dari Inggris). Tapi sayangnya penyimpanan Al Qur'an tua itu hanya ditutup dengan kaca yang dapat dibuka sewaktu2 jadi sangat rentan oleh pelapukan. Saya teringat di film 'White Colar' entah episode berapa penyimpanan benda dari kertas dengan umur yang sudah tua macam itu harusnya disimpan di ruang kedap udara, tujuannya untuk menghindari proses pelapukan akibat udara yang lembab. Mestinya ....
Sejujurnya saya sungguh kagum dengan pemilihan lokasi untuk keraton dan masjid ini, lokasi yang tepat di tepian dari pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Lokasi yang berada di tepian sungai saya duga karena pada saat itu sungai merupakan urat nadi perekonomian Sintang untuk lalu lintas perdagangan. Dari sisi pertahanan, lokasi ini juga strategis untuk melihat pergerakan pihak luar. Sementara itu masjid yg berada dalam kompleks keraton selain sebagai tempat ibadah seluruh umat Islam di Sintang juga merupakan simbol bahwa Kesultanan Sintang adalah Kesultanan Islam. Sultan pertama di Sintang yang memeluk agama Islam adalah Sultan Abang Pencin bergelar Pangeran Agung (1600 - 1643 M).
Beruntung, saat mengunjungi Keraton Sintang saya berjumpa dengan Sultan H. Raden Muhammad Ikhsan Perdana Kusuma Negara V (Pangeran Ratu Sri Negara) di teras belakang, beliau adalah Sultan Sintang yang dinobatkan sejak 22 Juli 2006. Pemimpin yang ramah, kami berbincang "saya ini masih nyetir sendiri kalau keliling Sintang sini. Badan masih kuat, hanya penglihatan dan pendengaran saja yang sudah sedikit berkurang". Saya cuma manggut2 dan senyum saja.... saya teringat betul dengan bapak saya... begitu juga belio di kala senjanya.... meski sudah berusia 72 tahun (Sultan 74 tahun) tetap masih nyetir sendiri kesana kesini.... #kangenbapak
Seneng waktu Sultan bicara juga tentang Pajak, "kemaren saya baru bayar pajak loh"... meskipun kemudian ternyata yang dimaksud adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ... bukan pajak pusat ternyata, itu pajak daerah... iya nggak apa2... saya respect pada pemimpin yang mau bicara tentang pajak #jempol
Ditemani kerabat kesultanan saya memasuki ruang penyimpanan peninggalan Kesultanan Sintang. Sungguh saya dibuat terbelalak...begitu banyak yang tidak saya tahu tentang sejarah kita, sejarah Indonesia. Benar kata2 Sultan tadi, "sangat disayangkan banyak anak2 muda sekarang yang tidak paham sejarah... bahkan mereka tidak tau bahwa Kesultanan Sintang pernah ada dan berjaya di masanya." Pasti anak muda yang dimaksud itu termasuk saya.... iya nih Sultan kok bisa tahu ya... #malu
Tapi menurut Sultan saat ini sudah mulai banyak anak2 sekolah yang datang untuk mempelajari sejarah Kesultanan Sintang. Iya bener sih... pada buku tamu saya lihat hampir tiap hari ada pengunjung yang mampir ke keraton ini.
Semua bermula dari sini... lambang negara rupanya bermula dari sini. Burung Garuda yang berupakan lambang negara kita ternyata terinspirasi dari lambang Kesultanan Sintang http://m.antaranews.com/…/patung-burung-garuda-kesultanan-s…. Kemudian lambang Kesultanan Sintang ini menginspirasi Sultan Hamid II dari Pontianak sebagai Menteri Negara RIS kala itu dalam mendesign lambang negara RI.
Dalam sejarahnya, lambang Kesultanan Sintang ini berawal dari mas kawin Patih Lohgender dari Majapahit kala menyunting Ratu Dara Jenati (putri Raja Demong - Raja Sintang kala itu) berupa tiang gong dan seperangkat gamelan. Ukiran Burung Garuda berbadab manusia pada tiang gong itulah yang kemudian diukir kembali dan menjadi lambang Kerajaan Sintang (kemudian berubah menjadi Kesultanan Sintang). http://m.liputan6.com/…/kisah-cinta-patih-majapahit-di-bali…
Peninggalan bersejarah lainnya adalah Al Qur'an bertuliskan tangan yang dibuat pada jaman Sultan Nata (1672 M). Keistimewaan Al Qur'an tersebut tidak hanya bertuliskan tangan tapi juga ditulis di atas kertas hologram. Menurut kerabat kesultanan yang menemani saya "diduga kertas berasal dari Inggris". WOW ...
Menyusuri Kota Sintang saya teringat akan kota kelahiran bapak saya, Magelang.... kontur yang kurang lebih sama... jalan yang naik turun dan begitu mulusnya..... deretan rumah dan markas TNI. Tak pernah ada yang sama memang, Sintang memang tak sesejuk Magelang.
Keluar dari daerah pemukiman penduduk, hamparan perkebunan Kelapa Sawit ramah menyambut .... hijauuu bak karpet masjid.... sejuk di mata.... perjalanan berakhir diicon terindah Kota Sintang apalagi kalau bukan Bukit Kelam .... kira2 perlu waktu 20 menit dari pusat Kota Sintang menuju bukit yang terbentuk dari batu yang berwarna hitam (kelam). https://googleweblight.com/…
Kalau mau bergaya dengan back ground Bukit Kelam naiklah ke menara api di perkebunan Kelapa Sawit macam saya ini.... ciamik tenan pemandangannya... pemandangannya loh bukan orangnya... #ahay
.... memgakhiri perjalanan saya menyusuri Kota Sintang, Sekadau dan Sanggau ... satu yang terngiang terus dalam ingatan saya bisik Sultan kala saya berpamitan "BELAJAR SEJARAH ADALAH BELAJAR TENTANG KITA